Sabtu, 06 Januari 2018

Gasskeun Curug Muncar


Assalamualaikum. .
Halo halo sahabat petualang lokal. . emm setelah sekian lama nggak update dolan, aku mau cerita sedikit nih mengenai perjalananku liburan di akhir taun 2017 kemarin. Agak telat sih emang updatenya, ya maklum lah ya, mahasiswa tingkat akhir. Lagi sibuk sibuknya ngurus tugas akhir sama laporan laporan praktik. Eits. . tapi juga jangan dibuat beban. Itu kewajiban, tapi aku juga punya hak, refreshing. Kalo bisa ya dibuat seimbang lah antara hak dan kewajiban. Jadi, otak yang panas, segera dinetralkan dengan yang dingin- dingin (dolan hahaha).

Sama siapa??
Siapa lagi kalo bukan teman- teman inspiratif dari Inspirator Muda Purworejo (makannya ayo ikutan, sering diajak main lho). Ini adalah ketiga kalinya aku diajak main jauh (yah meskipun cuma di area lokal Purworejo). Ada siapa aja? Aku, Rindhy, Taufan (kami adalah orang-orang yang nggak pernah ketinggalan kalo diajak main), Mas Bugar (mulai cocok untuk gabung main bareng kita, meskipun geng mainnya ada dimana- mana), Ipunk (cuma ikut main kalo mainnya di deket rumahnya, Bruno), Lucky (bela belain meluangkan waktu, tenaga, dan keluarga meskipun dikangenin ibuknya di rumah), Nicho (sering mengumbar janji buat gabung, tapi baru terealisasi sekarang). Selanjutnya ada tambahan personil yang aku bawa, Anisa (temen SMA ku), Nicho ternyata juga memberi kejutan dengan membawa Nunung dan Viki (temen SMA).

Main kemana??
Sesuai dengan tawaran dari Taufan sebelumnya, kami main ke Bruno. Sebuah kecamatan di kabupaten Purworejo yang punya banyak pilihan destinasi untuk sekedar ngadem. Awalnya ada beberapa destinasi tujuan yang katanya lagi instagramable banget buat diposting. Berhubung cuaca yang tidak menentu (sempet hujan) dan hari sudah larut sore (padahal sebenernya masih kurang puas banget) kami hanya menempuh satu perjalanan tempat wisata. Dimana?? Berdasarkan voting suara terbanyak, kami memilih ke curug muncar. Karena sebagian besar dari kami belum pernah berkunjung ke tempat wisata yang menjadi salah satu ikon kecamatan Bruno.

Hari itu Minggu 31 Desember 2017 sebagai penutup tahun 2017, alhamdulillah pagi hari dengan langit biru berawan (cuaca yang paling cocok buat hunting foto). Padahal hari sebelumnya sudah pesimis bahwa hari itu akan turun hujan. Tuhan memberkati.
Jam 09.00 kami berkumpul di alun- alun Kemiri (basecamp IMP) untuk mengumpulkan personil. Sampai akhirnya selama satu jam kemudian semua personil baru berkumpul lengkap, jam 10.00 kami memulai perjalanan. Perjalanan selama 30 menit, kami tiba di rumah Taufan kira- kira jam 10.30. Ngobrol dulu, basa basi, sampai akhirnya membicarakan tujuan perjalanan. “Kita mau kemana sebenernya”. Dan setelah melakukan voting bersama, keputusannya jatuh pada curug muncar. Curug yang paling famous sejak aku kecil, dan cuma tahu namanya, hari ini aku akan melihatnya langsung. Gasskeuun. . .
Jam 11.00 kami melanjutkan pokok perjalanan yang sesungguhnya (tujuan utama). Saat itu, cuaca masih bersahabat dengan langit biru berawan. Dunia berpihak pada kami. Allah mengizinkan kami untuk bersenang senang sejenak. Seolah beban pikiran tidak serta merta ikut perjalanan, melainkan tertimbun dengan kedalaman tak terjangkau. (ini saat jalanan masih datar).

Perjalanan dari desa Brunorejo (rumah Taufan) menuju Curug Muncar yang terletak di desa Kaliwungu kecamatan bruno kira- kira membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Kami melewati jalan aspal untuk menuju desa Kaliwungu. Sudah tampak keindahan curug Muncar yang bisa terlihat di jalan raya. Sesampai di mulut desa, kami mulai melewati jalan bebatuan dengan corblok yang sudah mulai rusak, dan mulai merasakan sedikit tanjakan dan tikungan. Semakin lama, jalanan semakin mengerucut sempit, namun tidak terlalu mengerikan. Semakin mengerucut dan semakin tinggi tanjakan, itu pertanda bau air terjun mulai tercium.

Waktu 20 menit adalah perjalanan kami dari Brunorejo menuju tempat parkir menuju curug. Namun karena tujuan kami bukan mengunjungi tempat parkir, melainkan ke curug muncar. Jadi kami harus melanjutkan perjalanan lagi dengan jalan kaki. Karena perjalanan tidak mungkin dilanjutkan dengan mengendarai kendaraan, melihat kondisi jalan yang sangat memprihatinkan (memprihatinkan untuk motor kami apabila dipaksa menanjak). Oiya, disini kami hanya mengeluarkan biaya sebanyak 7000 untuk 3000 biaya parkir satu motor, dan 4000 untuk biaya masuk dua orang.

Kami melanjutkan perjalanan dengan trekking yang cukup jauh dengan berbagai medan trekking yang membuat perjalanan semakin seru. Dimulai dari melewati jalan setapak yang biasa digunakan warga setempat untuk pergi ke sawah atau hutan. Ada banyak pohon kopi yang tumbuh disana (tadinya aku pengen metik, tapi takut penunggunya marah). Lalu kami melewati parit kecil dengan kesegaran airnya. Setelah itu melewati jalan menanjak yang cukup licin, kemiringannya cukup tajam hampir 500, jalannyapun semakin sulit. Di area ini, suara deburan air curug perlahan mulai terdengar. Banyak sumber mata air yang terpancar dari tebing di kanan kiri perjalanan. Selanjutnya kami melewati beberapa pohon besar yang sudah terkesan rimbun yang menurutku cukup mistis. Selang kira- kira 30 menit perjalanan, yang kita cari akhirnya tepat di depan mata.

Perjalanan dengan napas ngos ngosan akhirnya terbayar dengan kenikmatan yang hakiki. Emmm. .  Cip1ratan air yang jatuh membasahi wajah kami langsung menghapus keringat yang bercucuran. (Sungguh nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan). Untuk membayar lelah selama perjalanan, kami menikmati kesegaran air dengan bersantai dibebatuan. Dilanjutkan dengan foto- foto ria untuk mengabadikan setiap moment (sebenernya sih buat pamer eheheh).

Curug Muncar berada diketinggian 900 m dari permukaan tanah dengan ketinggian air terjun sekitar 40 m dengan debit air yang cukup deras. Dari lokasi curug, kita bisa melihat pemandangan bawah dengan jelas. Curug Muncar tidak bisa digunakan untuk bermain air (ciblon) karena banyaknya bebatuan besar dan dibawah curug juga tidak terdapat kolam. Air yang jatuh langsung mengalir ke sungai di bawah yang membentuk beberapa curug kecil.
Jam 13.30 langit mulai merengut dengan menampakkan wajah mendung. Karena tidak ingin hujan- hujanan (besuk uas), kami memutuskan untuk kembali ke parkiran sebelum hujan membasahi kami. Meskipun dalam perjalanan menuju parkiran kami sudah diserang oleh rintikan hujan yang turunnya bergerombol (nggak berani sendiri). Ndakpapa, itu jadi bumbu pelengkap untuk sebuah petualangan supaya makin seru.
Akhirnya hujan lebatpun turun ketika kami sudah tiba di parkiran (Alhamdulillah Tuhan memberkati). Sambil menunggu hujan reda, yang lumayan lama kira kira 30 menit, kami menghabiskan bekal yang masih tersisa. Sampai akhirnya jam 15.00, hujan mulai menggerimis (mulai reda), kami langsung turun kembali ke peradaban masing- masing.

Terimakasih banyak buat teman- teman Inspirator Muda Purworejo (IMP) yang udah ngajak mbolang bareng. Terimakasih untuk petualangan seru, asyik dan menantangnya. Ayok nih buat teman- teman lain yang belum ikut gabung bareng kita (IMP), ditunggu kontribusinya ya gaess. Kontribusi buat apaa?? MBOLANG BARENG HAHAHAHAH. . . .





Jumat, 24 November 2017

Nemu Duren

Tidak Malu Karena Tidak Tahu
Itu adalah prinsipku. Prinsip yang dibangun sejak zaman SMA dan sudah mulai memudar seiring berkembangnya zaman. Tiba tiba pada suatu malam tanggal 22 November 2017 jam 20.15 aku mengingatnya kembali. Melalui sebuah tragedi memalukan dengan heny (teman kos)
Jadi beginilah kisah malu hari ini bersama heny, ukhti kelas yang dikenal paling alim setelah epin. Pada suatu malam ketika kami (aku dan heny) pulang dari alun alun selatan yogyakarta, tepatnya saat menuju kos. Selama perjalanan, kami fokus dengan jalan yang semakin sepi. Saat itu kami melewati sebuah jalan di perkampungan yang lumayan lebar dan sepi kendaraan. Tiba tiba~~ dari jauh kami melihat ada benda bulat yang mempunyai permukaan tajam. Dan benda itu adalah DURIAN. Kami melewatinya dengan perasaan bimbang dalam hati. Ada dua malaikat di kanan kiri kami yang membisiki, antara diambil atau dibiarkan saja tergeletak. Tiba tiba zzzzz, heny yang mengendarai sepeda motor langsung menghentikan sepeda motornya yang sudah berjarak sekitar 100 meter dari durian. Akhirnya malaikat jahat pun menang. Heny mempengaruhiku dan memutar balik sepeda motornya ke arah durian. Dia menyuruhku untuk mengambil durian itu. Sontak, akupun langsung nyomot durian tk berdaya yang sedang menanti pemiliknya.
Belum sempat aku kembali duduk diboncengan sepeda motor, ada bapak muda dengan sepeda motor kingnya dari arah sama sepertiku mendekati kami. "Oh, ya udah ambil saja". Ujar bapak itu sambil senyum senyum pasrah. Jedeeeeerrrr. Malunya disini. Ketika aku merasa semua orang yang berada di sekitar kami memperhatikan kami. "Ndak usah, buat bapak aja. Ini punya bapak", balas heny sambil mengembalikan durian ke arah bapak tadi. Sementara aku cuma diam sambil sesekali membantu heny membujuk bapaknya supaya mengambil durian. Tanpa melirik kanan kiri, adanya pengamat sandiwara. Dan akhirnya bapaknya tetap mengalah meninggalkan durian bersama kami. Sementara kami, saat itu sudah benar benar merasa sangat malu sekali, ketika kami merasa semua orang yang ada disekitar lokasi memperhatikan kami.
Aku sudah tidak bisa menahan malu lagi, dan meminta heny untuk cepat cepat meninggalkan lokasi tanpa harus memperhatikan sekitar, dengan arah jalan pulang yang berbeda dari sebelumnya.

Kamis, 28 September 2017

Trip to Gunung Kidul

1000 Langkah tanpa Lelah


Kamis, 24 Agustus 2017,
Masih di bulan Agustus dan tentunya masih dengan semangat 45 nya, kami ada aku, Heny, Samsi, dan Epin (anak kos BuTutik) berhasil merealisasikan rencana beberapa hari yang lalu. Rencana yang berakhir dengan agenda, bukan wacana. Tidak seperti sebelum- sebelumnya.
Berangkat Kamis pagi pukul 6.30, yang seharusnya dijadwalkan akan berangkat pukul 5.00, sudah wajar bagi kami. Tidak hanya kami, bahkan warga Indonesia pada umumnya. Suatu kebiasaan tidak disiplin waktu yang dianggap tidak ada yang salah, tetapi aneh jika ada orang yang benar-benar disiplin dengan ketepatannya. Intinya, yang salah dianggap biasa, sedangkan yang benar dianggap aneh. Itulah perkembangan manusia sesuai rotasinya.
Pertama, kami singgah sebentar di rumah Epin. Kami tiba 2 jam lebih setelah keberangkatan yaitu kira-kira pukul 8.40 WIB. Lokasinya tepat di Kecamatan Rongkop, salah satu kecamatan di Gunung Kidul yang letaknya sudah berbatasan dengan Pracimantoro Jawa Tengah. Rongkop sudah termasuk kecamatan . . . .
Singgah sebentar di rumah Epin, kami menikmati suguhan sisa-sisa rasulan semalam. Sebuah tradisi dari Gunung Kidul yang dilakukan setelah panen tiba. Bertujuan tak lain adalah sebagai upaya bersih desa dari hal-hal yang tidak diinginkan. Rasulan dilakukan selama satu hari penuh, dengan acara berpusat di balai desa. Tiap desa sudah menetapkan waktunya masing- masing. Sedangkan tiap rumah/ tiap keluarga di minta untuk menyajikan makanan sesuai pembagian masing-masing. Acara terdiri dari doa bersama dan penampilan dari kesenian tradisional setempat.
Kami belum memastikan tujuan wisata kami mau kemana. Ngobrol sedikit dengan Tatung (panggilan untuk kakek Epin), beliau menyarankan bahwa pantai Wediombo merupakan pantai terdekat dengan lokasi kami saat ini. Walaupun anak lokal, Epin tak tahu arah tujuan yang harus dilalui. Saatnya kami gunakan aplikasi canggih era sekarang, google map. Sebuah aplikasi andalah bagi mereka yang tidak tahu arah. Segala macam lokasi dapat dengan mudah ditelusuri, hanya dengan modal gadget dengan quota internet. Itulah teknologi keluaran manusia modern musim ini. Entah apa lagi teknologi yang akan diluncurkan manusia 10 tahun kedepan. Mungkinkah ada pintu ajaib yang langsung bisa menghubungkan antara satu tempat dengan tempat lain, semacam pintu ajaib doraemon??
Perjalanan kami mulai kira-kira pukul 10.00 WIB. Awalnya ragu dengan perjalanan ini. Perjalanan yang hanya bermodal GPS dan dengan nyali kami yang tipis. Tak lain yang menguatkan kami adalah niat dan nekat. Memang tujuan awal kami ke Gunung Kidul adalah tak lain untuk menyusuri pantai.
Kami lalui jalanan penuh tikungan tajam, kanan kiri jurang, jalan berbatupun masih ada. Pandangan di fokuskan hanya pada jalanan. Sedikit cemas, takut dan kebetulan posisiku yang mengendarai sepeda motor saat itu. Ada satu nyawa teman yang ku kendalikan saat iitu. Oleng sedikit selesai sudah perjalananmu teman.
Kira- kira 40 menit perjalanan dari rumah Epin ke pantai pertama yang kita kunjungi, yaitu pantai Jungwok yang letaknya di Kecamatan  Girisubo. Terbayar sudah perjalanan yang menegangkan ini. Pantai dengan pasir putihnya yang indah, bukit di kanan kiri pantai, dan kebetulan kunjungan kami pada weekday sehingga pengunjung juga tidak terlalu ramai. Hampir jam 11.00, matahari mulai memuncak di atas ubun-ubun. Kami putuskan untuk singgah agak lama menikmati suasana pantai dengan menyewa tikar yang sudah tersedia dan menyantap bekal yang sudah kami bawa dari rumah Epin, sambil kami menunggu waktu zuhur tiba. Ngobrol, curhat, seru-seruan, nggak cuma asyik foto-foto, selfie-selfie, kali ini perjalananku bisa benar-benar dinikmati.
Jam 13.00 kami melanjutkan perjalanan. Sesuai dengan pengarahan dari mbak-mbak pemilik warung yang baik hati, kami akan menyusuri beberapa pantai. Ada 5 macam pantai yang akan kami susuri. Namun harus dengan sedikit pengorbanan, berupa pengorbanan tenaga khususnya.
Titik awal kami berjalan dari arah terminal. Sempat bingung, jalan mana yang akan dilalui. Kamipun bertanya pada bapak penjaga terminal. Ternyata sudah ada petunjuk di setiap tikungan. Tak disangka, jalan yang kami lalui tidak seperti yang kami bayangkan. Jalan setapak yang cuma bisa dilewati satu orang, melewati perkebunan warga, kandang sapi yang luar biasa baunya. Tak sedikit juga kami menemui gua-gua yang masih menyeramkan. Awalnya kami ragu dengan perjalanan yang begitu jauh. Masih ada beberapa bukit didepan mata yang masih harus dilewati. Sempat kami berpikir untuk mengurungkan niat dan kembali ke titik awal. Untungnya salah satu dari kami merupakan penggiat pramuka yang juga hobi dalam berpetualang. Dialah yang selalu menguatkan kami untuk selalu melangkah ke tujuan akhir kami. Menurutnya, sesuatu yang diawali dengan perjalanan berat maka hasilnya pasti akan memuaskan.
Tidak salah memang kalimat itu. Kami telah sampai ke pantai yang kedua, panta Greweng. Masih sama seperti pantai sebelumnya. Pasir putih, dua bukit. Kebetulan saat kami tiba disini, ombaknya sedikit surut. Walaupun saat kami mulai turun menyapa ombak, salah satu dari kami langsung terguyur ombak. Karena memang sudah kodratnya, kalau main ke pantai itu sudah semestinya basah-basahan dengan si manja ombak.
Selanjutnya perjalanan kami ke bukit Kalong. Bukan pantai, ini sejenis bukit yang berhubungan langsung dengan pantai di bawahnya. Ada satu bukit lagi yang berdekatan, dengan jembatan kecil yang menghubungkan keduanya. Dengan tarif 15k, pengunjung bisa beralih ke bukit seberang. Tak sempat kami menyeberangi jembatan, kami hanya melihat dari kejauhan. Banyak hal yang kami perhitungkan, waktu dan terutama uang saku dari emak yang mendingan dibuat makan siang.
Sebentar saja waktu kami di bukit Kalong. Kamipun beralih ke pantai selanjutnya, pantai Sedehan. Tata letaknya hampir sama seperti  pantai Greweng. Pantai pasir putih, dan dua bukit di kanan kirinya. Hanya saja kami tak sempat bermain air. Kami sudah terlalu lelah dengan perjalanan. Kami berpikir, masih adakah sisa-sisa tenaga yang bisa kami keluarkan untuk bekal kembali ke titik awal nantinya? Jalan pulangpun kami ragu ke arah mana.
Untungnya, kami menemukan sepasang pujangga yang berhasil kami buntuti kepulangannya. Kami mengikutinya hingga ke sebuah warung makan, sepeda motor mereka ternyata sudah menyapanya mengajak pulang. Kami ditinggal, disuruh mencari jalan pulang sendiri. Hanya ada bapak pemilik warung yang bisa kami gali informasi mengenai jalan pulang. Menurutnya kami bisa sampai ke titik awal kami kira- kira dalam perjalanan 1 jam. Kamipun dibuat shok seketika.
Perjalanan pulang masih sama seperti saat keberangkatan awal tadi. Masih naik turun bukit, hutan, kandang sapi, perkebunan, dan warna- warni alam lainnya yang menemani kami. Energi sangat kami hemat, berhenti sejenak saat benar-benar lelah, sambil menikmati sisa bekal tadi dan menenggak air mineral dari satu botol untuk empat mulutpun kami mulai biasa. Saat lelah mulai reda, kami lanjutkan perjalanan. Dan akhirnya tidak seperti yang diperkirakan bapak warung tadi. Perjalanan tidak sampai makan waktu 1 jam, kami telah tiba di titik awal, terminal lama.  
Legaa benar- benar lega, bisa kembali ke rumah masing- masing dengan pengalaman yang begitu mengesankan. Terimakasih untuk teman- teman yang telah meluangkan waktu untuk merealisasikan rencana yang aku buat jauh- jauh hari. Itu memang rencana yang benar- benar aku inginkan. Setelah merasakan stres dan penat dari rangkaian kurikulum ini, aku memang ingin sekali keluar ke alam, mencari hal- hal baru yang luar biasa seperti perjalanan saat ini.

Dan petualangan ini nggak hanya berhenti sampai disini aja. Next trip kita kemana lagi yaaa???

Curug Gunung Putri

Next trip kita ke Curug Gunung Putri, masih di hari yang sama dengan postingan sebelumnya yagaes. Lokasinya nggak jauh dari Kyai Kate. Kita putar balik, selanjutnya ke arah yang berbeda (entah, aku bingung arahnya kemana T.T). Mungkin aku nggak bakalan bisa kalo disuruh mengulangi perjalanan itu lagi hehe. Intinya lokasinya masih bersebelahan dengan curug Kyai Kate. Medannya lebih bagus daripada Kyai kate. Jalannya udah aspal dan lebar (mobil bisa lewat pokoknya).
Kali ini, kami ada tambahan satu personil lagi, Ipunk (temen IMP juga). Nggak tanggung-tanggung, dia malah salah satu anggota karang taruna pengelola ow ini. Eh tapi jangan salah, dikira kita bawa orang dalam, terus dapet diskon besar-besaran. Enggak. Eh dapet, kita dapet potongan 5k aja. wkwkwk.   
Nggak seperti di ow sebelumnya, yang lumayan masih sepi dan ngerasa bisa lebih leluasa menikmati deburan air. Di Curug Gunung Putri lebih rame, pengunjungnya bejibun, soalnya masih suasana libur lebaran juga. Singkat cerita katanya disini pengelolaannya udah berjalan. Baru saja pembukaan bersama Tora Sudiro. Mantap daaah. .
Disini sudah banyak spot yang bisa dikunjungi. Pertama kita tiba dihamparan semacam pelataran yang bersih dan tersedia ayun-ayunan bagi mereka yang ingin melepaskan lelah. Nah di kanan kirinya kita lihat semacam tebing-tebing tinggi. Mungkin seperti emmm Grand Canyon lah yaa. .Air terjun bisa terlihat dari bawah. Dan bagi mereka yang menginginkan main-main dengan air harus punya cukup tenaga untuk sedikit memanjat di lereng, emmm yang menurutku itu mengerikan. Karena kami tadi sudah puas main-main air di curug Kyai Kate, jadi kami mengambil jalan untuk menuju spot selanjutnya. Kami naik ke atas dengan sisa-sisa energi, perut keronconganpun kami lupakan, demi sampai di  puncak.  Dan semuanya terbayar, sekedar menghela napas kuat-kuat. Sayangnya, kabut sudah turun kala itu. Pemandangan tak seindah semestinya. Ada lagi jembatan gantung yang menghubungkan antara satu tebing dengan tebing lainnya. Namanya jembatan awang-awang yang konon katanya sih masih hits, atau instragramable lah yaa. .
Pokoknya gaes. . tempat ini cocok banget kalo sekedar maen buat mencari inspirasi makna dari suatu liburan. Nah apalagi kalo jalannya sama gebetan ahihihi. .
IMP Squad

IMP Squad




Curug Kyai Kate


Hai hai hai. . Dina kembali lagi nih. Rasanya udah lama banget nggak update ya gaes. Eitss jangan panik dulu, moment-moment itu masih tersimpan baik-baik di memoriku kok hehe. . Yuk yuk kita mulai dulu dari liburan seru habis lebaran ya . .
Lebaran tahun ini hari apa yaa?? Minggu deh kalo nggak salah. Nah selama liburan aku repoot banget, bantuin ortu di dapur sama di warung. Nggak ada temen yang berani ngajak maen, soalnya pada takut dimarahin si emak. Nah pada suatu hari, aku ngeluh ke emak, minta pengen banget maen. Eh sebenernya nggak cuma itu sih. Ada suatu tragedi yang mengharuskan aku pokoknya harus keluar rumah pada hari itu, kalo nggak ada suatu peristiwa yang nggak diharapkan. Hehe dan aku berhasil. Kayaknya si emak luluh sama keluhanku. Dan~~~~
Pas banget, hari Sabtu Rindhy (temen ngajar IMP) ngajak keluar, maen. Malamnya kita ngumpulin temen-temen yang mau maen buat berunding via line. Ada aku, Rindhy, Nicho, Mas Bugar, Taufan (anak IMP). Dan hasil kesepakatannya kita jadinya maen ke Bruno. Urusan kemananya itu urusan belakang, yang penting udah ada Taufan, tour guide Bruno andalan.
Paginya, aku semangat banget berangkat awal, sengaja pengen sarapan bubur ayam alun-alun. Aku ngajak Solikhah, buat asyik-asyikan biar nggak garing. Rombongan ada tambahan juga dari temen-temennya Masbugar (4 orang, lupa namanya). Dan yang merencanakan malah nggak jadii ikut, Nicho. Kita berangkat dari alun-alun Kemiri jam 10.00 WIB.
Tiba di Bruno langsung ke rumah Taufan dulu. Cuma ambil Taufan, dan kita lansung gass ke ow pertama. Entah mau kemana, yang penting ikut dulu aja. Perjalanan penuh liku. Ku serahkan hidup dan matiku di tangan Solikah. Lewat lereng curam, jalan setapak, pinggir sawah, segala macam bentuk perjalanan kami lalui.
Dan tibalah saatnya kami di sebuah perairan yang jatuh dari atas yang biasa kami sebut dengan istilah curug. Yak kami tiba di curug Kyai Kate. Airnya masih hijau segar. Percikan air yang terbawa angin menyejukkan bagian tubuh yang terkena. Emmmm . .  indah sekali. Sangat memanjakan diri ini untuk terus menikmati alam nan asri. Kita asyik mainan air. Tak lupa mengabadikan moment seru perjalanan bersama mereka.
Di atas curug ada sebuah hutan, semacam hutan pinus katanya. Harus menanjak dengan jalan kaki, kurang lebih 100 m jaraknya. Kami nggak sempat naik ke atas. Kurang begitu tertarik dengan sejenis hutan. Mainan air di sepanjang aliran curug sudah lebih dari cukup. Nggak Cuma asyik, seru, ini juga sebagai salah satu metode relaksasi untuk menetralkan stres yang mendalam hikhiks.
Sebenernya aku nggak ada bosennya sih disini, mereka mungkin yang bosen hehe. Kami merencanakan ke ow selanjutnya. Kemana??? Entah. Penasaran?? Ikuti perjalanan selanjutnya di episode setelah ini ya gaess. .






Sabtu, 03 Juni 2017

Menggali Potensi Lewat Kelas Inspirasi

Pernahkah kalian berfikir, untuk apa hidup? Mencari kebahagiaan, kesuksesan, ketenaran? Sebagian besar orang menganggap dan itu anggapan yang benar bahwa hidup cuma sekali, kita hanyalah singgah mencari bekal untuk kehidupan selanjutnya. Jadi, sudahkah kalian memperoleh bekal itu? Jika sudah, apakah kalian sudah puas dengan bekal yang anda miliki saat ini?

Berbuat baik dan menjadi relawan. Ya. Itu langkah awal yang akan saya ambil untuk mencari bekal di dunia. Saat ini, akhir-akhir ini, hati saya mulai tergerak untuk turun tangan dalam dunia sosial, dunia kerelawanan. Dan itu baru saya sadari setelah sekian lama berfikir. “Sebenarnya apa sih passion saya?” Kuliah di bidang kesehatan, khususnya di keperawatan pun tidak cukup. Saya mulai sadar bahwa saya tidak terlalu tertarik di bidang tersebut. Entah sejak kapan. Karena awalnya memang orang tua lah yang menginginkan saya untuk jadi seorang perawat. Namun semakin bertambahnya waktu, ternyata saya tidak menikmati perjalanan itu. Saya berusaha mencari jalan lain, pengalaman lain diluar bidang itu. Dan saya akhirnya dipertemukan dengan sebuah komunitas bernama Kelas Inspirasi Purworejo.

Berawal dari Kaos
Awal mula, saya cuma tertarik dengan kaos teman saya, yang juga anggota komunitas KIP. Saya merasa mereka semua keren, punya kaos seorang relawan. Akhirnya saya kepo, buka buka website kelas inspirasi, yang akhirnya membuat saya takjub dengan agenda mereka. Berbagi motivasi untuk anak-anak negeri, melalui sehari mengajar untuk memperkenalkan profesi. Saya mulai mengikuti perkembangan komunitas, untuk memantau kapan pembukaan rekrutmen untuk relawan panitia KIP.

Senin, 6 Februari 2017.
Hari pertama pendaftaran relawan KI. Hari itu kebetulan saya lagi dikosan teman saya, yang kebetulan juga ada wifi, dan kebetulan juga saya bangun pagi. Tepat jam 03.00 saya buka website KIP, tak lain adalah untuk mendaftarkan diri. Saya mengisi pertanyaan dengan sebaik baiknya semampu saya. 

Jumat, 24 Februari 2017.
Hari itu pengumuman panitia lokal KIP. Hasilnya. . Alhamdulillah saya lolos masuk divisi dokumentasi. Asal-asalan masuk dokumentasi, itupun saya tidak tahu benar mengenai teknik-teknik dokumentasi dan fotografi yang baik. Yang lebih parah lagi, saya tidak punya alat dokumentasi berupa kamera. Kakak saya memberi solusi untuk pinjam dulu di kakak ipar. Dan saya terima, meskipun agak canggung.

Saya bingung sendiri, apa yang menjadi pertimbangan rekrutmen sehingga saya bisa lolos sebagai panitia di divisi dokumentasi. Apa karena saya pendaftar pertama, jadi dibebaskan untuk persyaratan-persyaratan lainnya. Entah. Mungkin ini memang jalan terbaik dariNya untuk saya bisa berubah ke yang lebih positif.

Bertemu Teman Baru
Perjalanan saya kala itu memang benar-benar sendiri. Awalnya saya mengajak teman saya untuk mendaftar, yang kebetulan si teman tidak lolos seleksi. Karena awalnya saya juga merasa ragu dan tidak percaya diri untuk bergabung seorang diri dalam komunitas itu. Dan akhirnya, saya memang ditakdirkan untuk mencari pengalaman seorang diri, benar-benar sendiri.

Berangkat pertama, mengikuti perkenalan dengan teman-teman baru, di SMA N 7 Purworejo. Saya berjalan dengan seorang teman yang tadi sudah kenalan di parkiran saat membantu saya menegakkan motor saya yang tidak sengaja ambruk. Sudah tercium bau-bau inspiratif di ruangan ini. Jadi bangga saya yang hanya seorang mahasiswa kupu-kupu yang suka maen bisa bergabung dengan komunitas besar di Purworejo. Teman-teman yang saya temui ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Mereka kebanyakan sudah bekerja dan tentunya sudah banyak pengalaman. Saya sempat berfikir, mereka saja yang sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga sempat memikirkan orang lain di sana, mengapa saya tidak? Saya yang belum banyak kerjaan, yang tiap hari Cuma kuliah, Sabtu Minggu pulang kerumah, baru saja bisa meluangkan waktu sekarang. Betapa terlambatnya saya. Namun kata orang bijak, tidak ada kata terlambat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Hari Inspirasi
Hari inspirasi merupakan puncak dari serangkaian kegiatan KIP. Disitu, kita mendatangkan para profesi yang beragam yang nantinya akan mereka kenalkan profesi masing-masing kepada anak-anak SD yang menjadi SD sasaran dari panitia KIP. Ada 8 SD di kabupaten Purworejo yang memenuhi kriteria-kriteria khusus dalam seleksi pemilihan.
Kebetulan saya kebagian menjadi panlok dokumentasi di SD Wonosuko kecamatan Kemiri. Letaknya tidak jauh dari Kutoarjo, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di lokasi. Sebelum hari inspirasi, ada hari briefing yang harusnya diikuti oleh seluruh panitia dan relawan. Hari briefing bertujuan untuk menjelaskan seluruh rangkaian acara dan mengangkut seluruh panitia fasil dan relawan ke SD masing-masing. Namun karena suatu kendala, saya absen tidak mengikuti briefing. Akhirnya pagi-pagi betul saya berangkat ke SD Wonosuko. Kebetulan sebelumnya saya pernah mengikuti survey lokasi bersama rekan ke lokasi tersebut. Jadi lebih mudah untuk sampai ke lokasi tanpa kendala.
Saya langsung menuju rumah pak lurah, karena disitu sebagai tempat persinggahan relawan menginap. Berkenalan, bertemu dengan wajah-wajah inspiratif dari berbagai kota. Ada kak Jewel seorang pengusaha muda dari Salatiga, kak Tri dosen muda dari Jogja, kak Zuhud ahli gizi dari Kudus, kak Tiwuk pekerja sosial dari Bantul, ibu dokter Uut dari Cilacap, kak Riana akuntan muda yang ternyata rumahnya Cuma tetangga desa Pogung, kak Irwan arsitektur muda dari Jakarta, kak Firman insinyur dari Brebes, kak Umam, kak Imron fotografer dari Surabaya, dan mas Bagus videografer handal dari Wonogiri. Senang banget bisa bertemu mereka. Dan saya mulai menyadari bahwa saya sangat mengidolakan seorang relawan yang punya hati dan keunggulan yang semata-mata tidak untuk dirinya sendiri, namun mereka mau berbagi pada orang lain.
Cukup berkenalan, kami pun langsung bergegas menuju SD Wonosuko. Seneng banget bisa melihat lagi keceriaan anak-anak SD. Saya hanya diberi tugas mengabadikan moment. Cuma diberi waktu sampai jam 9, dan harus kembali ke lokasi refleksi di gedung SKP Semawung. Jadi nggak banyak juga waktu bersama anak-anak juga relawan. Walaupun Cuma sekejap, pengalaman itu tetap saya ingat dan akan menjadi sejarah kalo dulu saya pernah bertemu dengan relawan-relawan hebat di kelas inspirasi Purworejo.
Tiba saatnya refleksi, lokasinya di gedung SKP dekat SMK N 2 Purworejo di desa Semawung. Disitu para relawan diminta untuk menyampaikan kesan pesan terhadap kegiatan yang mereka sampaikan ke anak-anak SD. Semua relawan dari 8 SD berkumpul. Semakin nampak wajah-wajah kebaikan disana. Mereka adalah sebagian kecil manusia yang punya kontribusi mengubah masa depan Indonesia, terutama untuk Purworejo pada khusunya.

Tanggapan Orang Tua
Ada kebahagiaan tersendiri ketika mendengar dukungan dari orang tua. Meskipun jarang, dan kebanyakan masih berupa penolakan. Dukungannya hanya berupa, saya boleh mengikuti banyak komunitas di Purworejo supaya banyak teman. Hanya sebatas banyak teman, tak lebih. Pikiran mereka belum luas. Mereka tidak berfikir bahwa anaknya butuh pengalaman, butuh hiburan. Mereka tidak berfikir bahwa anaknya sudah mulai tumbuh dewasa, yang membutuhkan tempat bernaung untuk menggali potensi. Mereka hanya menempatkan saya pada botol tertutup yang sebenarnya saya pun tidak menikmatinya.
Saya juga sempat merasa iba, ketika orang lain di luar sana memuji saya karena kerelawanan yang saya lakukan, disamping itu orang tua malah sebaliknya. Mungkin juga ada maksud baik lain yang belum saya ketahui dari sikap orang tua.

Cek it out. . rangkaian acara kami
kami dari tim dokumentasi

rapat di sma 7 pwr

rapat di hotel intan

keseruan games 

melanjutkan games entah apaaaa

bersama relawan sd wonosuko di prameks

teman seumuran hikhik

calon orang sukses. .  amiin

sdn wonosuko, kemiri

cita-citakuuuuu

keseruan refleksi di skp semawung

Kamis, 01 Juni 2017

Graduate


Kamis, 25 Mei 2017.

Hari ini agenda dari kakak-kakak Inspirator Muda Purworejo untuk mengadakan acara perpisahan bersama adek-adek kelas 6 di SD N Sukogelap. Ada saya (Dina), Shyfany, Linda, Lucky, Mas Bugar, Taufan, Nicho, Fauzi, dan ada tamu undangan yaitu kakak senior IMP. Mereka adalah Mas Agung dan Mas Bombom.

Suasana hari ini, hemmmm. Haru, sendu, sedih, bahagia menyelimuti ruang kelas acara perpisahan. Diawali dengan sambutan dan pemberian motivasi dari Mas Bombom dan Mas Agung yang sangat inspiratif dan semoga bisa diterima oleh adek-adek kita dari kelas 6. Semoga mereka semua semakin terpacu dan terdorong untuk terus belajar. “Jika kalian berhenti belajar, itu tandanya kalian berhenti mengejar cita-cita kalian”, ujar Mas Bombom yang masih terngiang dalam pikiran saya. Semua orang pasti memiliki cita-cita. Dan tentunya mereka akan terus berjuang untuk mewujudkan cita-cita mereka.

Serangkaian acara berjalan dengan lancar. Acara memanas ketika kak Shyfany memberikan sambutan perpisahan disertai dengan pemberian mawar motivasi. Kesedihan, keharuan mulai terasa. Bahwa ternyata hari ini merupakan hari perpisahan diantara kakak-kakak IMP dengan adek-adek kelas 6. Tiba saatnya kita untuk berpisah. Mencari hal-hal baru, pengalaman baru, dan cerita baru. Tak hanya dengan kita. Adek-adek juga akan berpisah dengan sekolah, tempat belajar mereka selama 6 tahun yang lalu, dengan guru-guru yang selalu memberi pengarahan, adek-adek kelas yang sering mereka jahilin, dan terutama teman-teman sekelas mereka sendiri, yang nanti pada akhirnya mereka akan saling berpencar berpacu pada cita-cita masing-masing.
Doa dari kami, semoga kalian menemukan jalannya masing-masing. Kalian harus punya cita-cita, yang harus kalian realisasikan. Bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa terbebani dengan kondisi.

Cek it out. .
suasana persiapan acara

mawar motivasi

kakak-kakak dibalik IMP

sambutan perpisahan dari kak Shyfany

evaluasi acara perpisahan

acara berakhir dengan penimpukan kue wkwkkw

Btw. . masih banyak foto-foto yang belum dilampirkan heheheh. . .

Gasskeun Curug Muncar

Assalamualaikum. . Halo halo sahabat petualang lokal. . emm setelah sekian lama nggak update dolan, aku mau cerita sedikit nih menge...